Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya hidup anak remaja kini sangat berbeda dengan gaya hidup anak remaja dulu. Kalau dulu, anak remajanya tidak mengenal yang namanya narkoba, komputer, HP (Hand Phond), fashion, atau berbagai macam model pakaian. Kini justru sebaliknya. Anak remaja, atau istilah lainnya ABG (Anak Baru Gede) justru bergelut dengan hal-hal tersebut. Dan menjadi gaya hidup mereka tiap harinya. Maka apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Baudrillard beberapa abad lalu memang ada kebenaranya. Menurutnya, gaya hidup manusia jaman kini dibentuk oleh pabrik-pabrik imajinasi seperti fashion, komputer, HP, dll. Bukan oleh nilai-nilai moral yang beberapa dekade lalu mendapat tempat istimewa dalam kehidupan manusia. Karena itu, apa yang telah diwanti-wanti oleh beliau memang tepat, dan benar. Yang mana hal tersebut dapat kita temukan dalam gaya hidup remaja masa kini.
Terjadinya perubahan gaya hidup (life style) anak remaja masa kini tak terlepas dari perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Kini anak remaja lebih senang dengan hal-hal yang serba instan, pragmatis, dan cenderung kebarat-baratan. Hal itu dapat kita lihat dalam bentuk rambut, pakaian, maupun sepatu, dll. Itu dimungkinkan karena alam modern menyediakan berbagai macam alternatif dalam kehidupan. Manusia tinggal memilih mana yang suka, dan tidak suka, cocok dan tidak cocok. Akibatnya sangat fatal. Budaya asli yang dulu menjadi tonggak budaya masyarakat menjadi terkubur oleh budaya baru yaitu budaya modern yang tidak lain adalah budaya barat. Contoh yang paling praktis adalah kebaya. Pada jaman dulu Kebaya menjadi salah satu pakaian istimewa, favorit di masyarakat kita. Setiap ada upacara besar pun kebaya tidak pernah luput dari mata. Namun seiring dengan berkembangnya jaman yang makin maju, terbuka kebaya lama kelamaan dtinggalkan oleh masyarakat. Dan beralih ke bentuk pakaian-pakaian yang lebih simple, praktis, dan memberi warna tersendiri bagi setiap orang yang menggunakannya.
Selain dalam hal pakaian, gaya hidup anak remaja masa kini memang lebih maju, terbuka dibandingkan dengan jaman dulu. Pola pikir, cara bertindak, dan cara berbicara pun sangat dipengaruhi oleh gaya hidup modern yang tidak lain adalah generalisasi budaya barat itu sendiri. Itu semua adalah sisi positif dari lahirnya budaya maju. Dan sisi-sisi positif gaya hidup modern tersebut tidak terbantahkan lagi. Akan tetapi kita juga jangan lupa bahwa di mana ada sisi positif, maka sisi negatifnya juga pasti ada. Begitu juga dalam hal gaya hidup modern. Gaya hidup modern selain memberi nilai-nilai positif, juga mengakibatkan sisi negatif yang tidak kalah bahayanya.
Kasus narkoba, free seks, korupsi waktu, dan lebih memilih hal-hal yang lebih instan ketimbang mengikuti proses merupakan sisi lain dari kehidupan anak remaja dewasa ini. Ratusan ribu anak-anak remaja dewasa ini tersandung kasus narkoba, dan nasibnya berakhir di bui. Maraknya free seks dalam kehidupan anak remaja juga tidak kalah hebatnya. Akibatnya ada ratusan ribu anak remaja di tanah air menjadi pengidap penyakit HIV/Aids. Dan nasibnya sangat tragis. Lalu muncul pertanyaan perlukah gaya hidup anak remaja semacam itu diteruskan atau justru ditinjau kembali dengan memberlakukan kembali nilai-nilai tradisional? Pertanyaan semacam ini sangat dilematis. Sebab jika kita mengatakan ya untuk mendukung gaya hidup anak remaja modern seperti kasus-kasus diatas kita dituduh terlalu liberal. Bahkan dituduh tidak bermoral, dan tidak memperhatikan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan masyarakat. Lalu jika kita mengatakan tidak! Malah kita dituduh terlalu konservatif, berpikiran sempit, dan tidak mengikuti perkembangan jaman. Bahkan jika tidak hati-hati bisa dituduh sebagai pengkhianat kemoderenan, dan masuk dalam keanggotaan kaum fundamentalis. Lalu bagaimana?
Para pengagum modernitas sepakat bahwa proyek modernitas yang dilahirkan beberapa abad lalu dalam kehidupan manusia memang tak terhindarkan. Budaya modern, dan segala hal yang berbau gaya hidup modern harus diikuti. Bila tidak, maka akan ketinggalan jaman. Dan menjadi korban proyek modernitas itu sendiri. Karena itu, mengganti budaya-budaya lokal dengan budaya baru, dengan segala macam tawaran gaya hidupnya adalah suatu keharusan.
Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang terlontar diatas, maka menurut pengamatan saya harus ada keseimbangan antara gaya hidup culture modern dengan gaya hidup culture asli/lokal. Dan jangan sampai berat sebelah. Hal itu bisa dilakukan dengan melihat kembali kearafan lokal, nilai-nilai positif yang ada dalam budaya lokal. Dan menggunakannya untuk menyaring budaya-budaya modern yang cenderung agresif dan tidak adil. Ini adalah tugas kita semua. Kita sebagai pemilik budaya lokal perlu ketegasan dalam hal ini.(Artikel ini sudah dimuat di salah satu media cetak lokal).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar