DAMPAK FRUSTASI TERHADAP KESEHATAN MENTAL REMAJA
pada masa anak-anak, masalah anak-anak diselesaikan oleh orang tua dan guru sehingga remaja tidak berpengalaman dalam menyelesaikan masalah. Penyebab lainnya, para remaja merasa mandiri sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan menolak bantuan dari orang tua dan guru.
1. Masa remaja sebagai masa mencari identitas
Erikson menjelaskan, identitas diri yang dicari remaja berupa usaha untuk menjelaskan siapa dirinya, apa peranannya dalam masyarakat. Dalam usaha mencari perasaan kesinambungan dan kesamaan yang baru, para remaja harus memperjuangkan kembali perjuangan tahun-tahun lalu, meskipun untuk melakukannya mereka harus menunjukkan secara artifisial orang-orang yang baik hati untuk berperan sebagai musuh dan mereka siap untuk menempatkan idola dan ideal mereka sebagai pembimbing dalam mencapai identitas akhir.
2. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan
Adanya stereotip tentang remaja yaitu remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku agresi. Hal inilah yang menimbulkan ketakuatan pada remaja dipengaruhi oleh stereotip-stereotip tersebut sehingga menimbulkan pertentangan dengan orang tua.
3. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik
Remaja cenderung melihat diri sendiri dan orang lain sebagaimana yang dia inginkan dan bukan sebagaimana mestinya terutama dalam hal cita-cita. Hal ini menyebabkan terbentuknya cita-cita yang tidak realistik pada dirinya dan orang lain.
4. Masa remaja sebagai ambang dewasa
Remaja menjadi gelisah untuk meninggalkan stereotip belasan tahun dan untuk memberi kesan dewasa pada dirinya. Oleh karena itu mereka lebih memusatkan diri pada perilaku orang dewasa, misalnya merokok. Dibawah ini akan dideskripsikan bagaimana dampat frustasi terhadap kesehatan mental remaja:
1. Remaja yang Sehat Mentalnya
Masa remaja adalah masa dimana terjadi banyak perubahan dalam diri individu seperti perubahan tubuh atau fisik, pemikiran, kedewasaan dan lingkungan sosialnya yang lebih membutuhkan teman sebayanya. Apabila remaja tidak dapat menerima setiap perubahan yang terjadi pada dirinya dan ditanggapi dengan tidak sehat akan terjadi gangguan-gangguan baik fisik maupun mentalnya. Namun apabila remaja dapat menerima setiap perubahan yang terjadi, maka remaja akan tumbuh secara sehat baik fisik maupun mentalnya. Adapun kriteria remaja yang bermental sehat yaitu :
1. Dapat menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya dengan lapang dada.
2. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan sosialnya (teman sebayanya).
3. Dapat mengatasi gejolak-gejolak seksualitasnya.
4. Mampu menemukan jati dirinya dan berperilaku sesuai jati dirinya tersebut (identitasnya).
5. Dapat menyeimbangkan pengaruh orang tua dan pengaruh teman sebayanya.
6. Dapat megaktualisasikan kemampuannya baik dalam sekolah maupun lingkungan sosialnya.
7. Tidak mudah goyah apabila terjadi konflik-konflik yang membutuhkan penyelesaian dengan pikiran yang jernih.
8. Memiliki cita-cita atau tujuan hidup yang dapat dikejar dan diwujudkan untuk memotivasi diri menjadi seseorang yang berguna.
9. Memiliki integrasi kepribadian.
10. Memiliki perasaan aman dan perasaan menjadi anggota kelompoknya.
2. Penyebab Frustrasi pada Remaja
Penyebab frustrasi pada remaja beraneka ragam terkait pada perubahan-perubahan fisik dan mental yang dapat menimbulkan konflik. Adapun penyebab-penyebab frustrasi antara lain :
1. Krisis identitas
Remaja mengalami kebingungan identitas antara anak-anak atau dewasa. Remaja sering dibingungkan untuk mempertahankan perilaku anak-anak atau dewasa. Frustrasi disebabkan dalam memecahkan masalah, remaja hanya memiliki sedikit pengalaman untuk memecahkan masalahnya secara mandiri, berbeda pada saat masa anak yang masih selalu mendapat bantuan dari orang tua, sementara remaja sudah dituntut untuk mandiri.
2. Perubahan sosial dan peran orang tua
Perubahan sosial sangat nyata sekali dalam perkembangan remaja, dari pengaruh orang tua yang besar (pada masa anak-anak) menjadi pengaruh teman sebaya. Tekanan teman sebaya dan konformitas mewarnai nilai-nilai yang ada pada remaja. Remaja akan melakukan apapun agar diterima dalam lingkungan teman sebaya walaupun hal itu bertentangan dengan diri pribadinya. Penerimaan kelompok sebaya sangat penting bagi remaja. Konflik terjadi antara konsep diri individu dengan konsep lingkungan remaja yang menuntut remaja untuk bersikap sesuai kelompok. Penolakan kelompok sebaya terhadap diri remaja menyebabkan remaja frustrasi.
Konflik dengan orang tua sering terjadi pada masa remaja. Pada umumnya pengaruh orang tua tidak diperhatikan oleh remaja. Remaja seringkali menentang orang tua sehingga menimbulkan konflik antara orang tua dan remaja. Konflik biasanya bermula dari persoalan kesalahpahaman, kesulitan komunikasi atau perbedaan-perbedaan norma antara anak remaja dengan orang tuanya.
3. Emosi yang labil
Emosi yang labil menyebabkan remaja sering terombang-ambing oleh munculnya kekecewaan dan penderitaan, meningkatnya konflik, pertentangan-pertentangan dan krisis penyesuaian, impian dan khayalan, pacaran dan percintaan, keterasingan dari kehidupan dewasa dan normal kebudayaan. Frustrasi terjadi karena kematangan emosi sehingga tidak dapat mengatur emosi-emosi yang ada pada dirinya.
4. Cita-cita yang tidak realistis
Frustrasi terjadi apabila cita-cita yang diharapkan remaja tidak tercapai karena memang cita-cita yang ada pada remaja tidak realistis remaja cenderung mengidentifikasikan dirinya dengan sesuatu yang tidak relistis.
5. Masalah kesulitan belajar
Frustrasi disebabkan oleh kesulitan dalam belajar, meliputi: kegagalan dalam belajar, tidak naik kelas, tidak diterima di sekolah favorit, tidak sesuai dengan minat dan bakat atau konflik dengan guru
6. Masalah seksualitas
Frustrasi terjadi terkait seksualitas adalah keingintahuan remaja atas seks yang besar tidak didukung oleh pendidikan seks baik oleh orang tua maupun sekolah sehingga anak cenderung mencari tahu sendiri karena orang tua cenderung mentabukan tentang seks. Cara yang diambil remaja cenderung negatif misalnya dengan membaca situs-situs porno atau free sex.
3. Dampak Frustrasi terhadap Kesehatan Mental Remja
Frustrasi dapat memunculkan suatu dampak baik yang positif maupun yang negatif. Dampak tersebut dapat mempengaruhi remaja secara langsung ataupun tidak langsung. Dampak-dampak tersebut antara lain :
- Dampak positif
Dampak positif pada diri remaja adalah dengan adanya frustrasi, akan terjadi mobilisasi dan penambahan kegiatan remaja untuk lebih berusaha, lebih produktif dan bersemangat dalam mencapai tujuannya. Remaja juga akan bisa bersikap lebih dewasa, lebih bijaksana dalam mengambil keputusan-keputusan dan dapat berpikir rasional. Hal ini dapat dilakukan dengan bersinnung, membuat dinamis iriil satu kebutuhan, kompensasi dari tujuan, serta sublimasi kegiatan menjadi kegiatan yang dapat diterima masyarakat luas. Selain itu remaja bisa lebih dekat dengan Tuhan karena adanya resignation yaitu pasrah dan tawakal pada Ilahi sehingga bisa menerima kenyataan dengan sikap rasional dan ilmiah tanpa merasa putus asa dan menyerah.
- Dampak negatif
Dampak negatif dengan adanya frustrasi adalah timbulnya beberapa perilaku yang menyebabkan gangguan fisik dan psikis pada remaja, antara lain:
1. Pemakaian obat terlarang dan alkohol
Remaja yang dikarenakan ketidakmatangan emosinya seringkali menyelesaikan frustrasi dengan memakai obat terlarang dan alkohol untuk membuat dirinya nyaman. Pemakainan obat terlarang dan alkohol juga untuk menarik perhatian orang lain.
2. Kenakalan remaja
Frustrasi sering membuat remaja melakukan tindakan kriminal sebagai dampak adanya emosi yang labil sehingga membuat remaja cenderung bersikap agresi.
3. Kehamilan pada remaja
Frustrasi disebabkan karena seksualitas menyebabkan remaja melakukan free sex yang berdampak kehamilan pada usia muda karena ketidaktahuan remaja akan sex education (misalnya penggunaan kondom pada saat berhubungan sex).
4. Bunuh diri
Remaja sering kali berpikiran dangkal untuk menyelesaikan frustrasi pada dirinya dengan bunuh diri. Bunuh diri juga dijadikan alat untuk mencari perhatian orang lain karena pada usia remaja kecendrungan untuk mendapat perhatian orang lain sangatlah besar. Remaja menggunakan cara bunuh diri untuk mengatasi frustrasi yang disebabkan penolakan.
5. Gangguan makan
Minat akan ciri fisik yang ideal menyebabkan remaja mengalami gangguan makan yang disebabkan frustrasi atas minat fisiknya. Remaja cenderung mengidentifikasikan orang yang kurus kering merupakan bentuk tubuh yang ideal sehingga timbul gangguan makan yang sering terjadi pada remaja yaitu bulimia dan anoreksia nervosa.
4. Cara Mengatasi Dampak Negatif Frustrasi
Untuk mengatasi frustrasi remaja diperlukan kerjasama antara remaja itu sendiri, orang tua, sekolah bahkan pemerintah. Adapun cara mengatasinya, antara lain:
1. Remaja
o Menerima keadaan fisiknya
Perubahan fisik yang begitu pesat sering kali membuat remaja frustrasi karena tidak siap dengan hal tersebut. Untuk itu remaja harus dapat menerima keadaan fisiknya untuk mengatasi frustrasi.
o Mampu bergaul
Kemampuan bergaul yang baik akan membantu remaja mengatasi penolakan terutama penolakan kelompok teman sebaya.
o Menemukan model untuk identifikasi
Model identifikasi yang baik membantu remaja untuk dapat mencontoh perilaku-perilaku efektif model dalam menghadapi frustrasi (teori imitasi Albert Bandura).
o Mengetahui dan menerima kemampuan sendiri
Dengan mengetahui dan menerima kemampuan diri dapat menghindarkan remaja atas cita-cita yang tidak realistis yang menjadi penyebab frustrasi.
o Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
Penguasaan diri atas norma membantu remaja tersebut untuk mengerti tentang pentingnya suatu aturan sosial sebagai cara mengatasi kenakalan remaja.
o Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan
Remaja diupayakan untuk dapat menyesuaikan dirinya kearah kedewasaan dengan meninggalkan perilaku kekanak-kanakan agar kebingungan identitas dapat segera teratasi.
2. Orang tua
o Menunjukkan kasih sayang dan empati terhadap remaja
Kasih sayang dan empati dapat membantu frustrasi remaja atas penerimaan oleh lingkungan sosialnya.
o Membantu remaja menempuh jalan diferensiasi atas ‘need’ dan ‘want’
Dengan membantu remaja dalam diferensiasi konsep ‘need dan ‘want’ akan membantu remaja dalam penyesuain diri untuk kedewasaan dan meninggalkan perilaku kekanak-kanakan.
o Menyisihkan waktu untuk berbicara pada remaja tanpa menekan remaja
Dengan menyisihkan waktu untuk remaja akan membuat adanya rasa penerimaan sosial dan remaja dapat menumpahkan segala sesuatu yang menjadi penyebab frustrasi diri pada orang tuannya.
o Membantu remaja menumbuhkan rasa percaya diri
Dengan adanya kebebasan berpendapat dalam keluarga yang demokrasi dapat menumbuhkan rasa percaya diri remaja untuk menghadapi frustrasi pada dirinya.
o Pendidikan seks yang tepat untuk remaja
Pendidikan seks yang tepat dari orang tua dapat memuaskan keingintahuan remaja atas seksualitas dan mencegah timbulnya kehamilan pada usia muda.
3. Sekolah
o Hargai kebutuhan remaja akan penyaluran fisik
Dengan mengurangi pengajaran dengan cara duduk atau memberikan ceramah dapat mengatasi frustrasi remaja atas kebutuhan untuk selalu aktif karena tenaga dan semangat remaja sangatlah besar.
o Memberikan penyaluran untuk kreativitas
Dengan memberikan variasi tugas dapat memberikan suatu pelajaran kreativitas remaja dalam meghadapi frustrasi. Kegiatan ekstrakurikuler juga dapat mebantu pembentukan kreativitas remaja.
o Berikan aturan yang jelas tentang bolos sekolah, penggunaan obat-obatan terlarang dan tindak kekerasan
Aturan yang jelas dan mengikat atas bolos sekolah dan penggunaan obat terlarang akan membentuk kedisiplinan remaja sehingga mencegah penggunaan obat-obatan terlarang
o Memberikan pendidikan seks remaja di sekolah
2. Pemerintah
o Pembentukan UU sebagai aturan atas larangan penggunaan obat-obat terlarang dan alkohol pada remaja
o Pembentukan suatu lembaga untuk penyaluran bakat remaja
o Promosi kesehatan me
Tidak ada komentar:
Posting Komentar