Kamis, 05 April 2012

Berdamai dengan Perilaku Buruk Remaja


Berdamai dengan Perilaku Buruk Remaja

APAKAH anak Anda termasuk tipikal remaja pemberontak, menentang jam Malam, atau bergaul dengan anak-anak yang tidak memiliki sikap yang baik? Bila iya, bagaimana seharusnya orangtua menghadapinya?

Semua orangtua tentu setuju, bahwa membesarkan dan mengasuh seorang anak yang mulai tumbuh remaja memang tidak mudah. Para orangtua kadang kala merasa kesulitan dalam menghadapi perubahan-perubahan yang dialami remaja, baik secara fisik maupun psikis.

Oleh karena itu, orangtua perlu melakukan pendekatan yang tepat agar dapat mengerti dan memahami masalah anaknya. Jika tidak, hal ini akan menyebabkan banyak kesalahpahaman di antara orangtua dan anak.

Menurut Stuart Goldman MD, direktur pendidikan psikiatri di Children’s Hospital di Boston, Amerika Serikat, pada dasarnya remaja “terprogram” untuk selalu bertentangan dengan orangtua.

”Remaja adalah masa di mana terjadi perubahan yang cepat dari fase anak-anak, baik secara fisik maupun kognitif,” jelasnya.

”Saat itu adalah waktu yang tepat bagi anak remaja untuk ‘memecat’ orangtua mereka dan kemudian kembali mempekerjakannya beberapa tahun kemudian, tetapi sebagai konsultan bukan seorang manajer,” katanya seperti dikutip laman webmd.com.

Namun, bukan berarti Anda harus menerimanya begitu saja. Dengan pendekatan yang tepat, Anda dapat memecahkan masalah perilaku remaja dengan cara yang relatif beradab. Salah satu perilaku buruk remaja adalah selalu membantah perkataan Anda dan sepertinya membenci Anda. Anda tentu kaget dengan perubahan perilaku ini.

Sebelumnya ketika masih kecil, sepertinya anak Anda bersikap manis seperti membujuk untuk menemaninya mengikuti acara darmawisata sekolah atau berbaring bersama di tempat tidur di waktu malam.

Ketika beranjak remaja, anak memperlakukan Anda seperti “sampah”, dengan selalu memotong ucapan Anda dan menganggap remeh saran yang Anda lancarkan. Tetapi jika Anda bisa pikirkan lebih lanjut, perilaku seperti itu sebenarnya telah tampak saat dia masih balita.

Seperti juga anak berusia dua tahun yang terus berteriak ”tidak!”, remaja biasanya selalu menganggap rendah orangtua.

”Hal ini sangat sulit bagi orangtua,” kata Nadine Kaslow PhD, seorang psikolog yang mengkhususkan diri pada permasalahan anak-anak dan keluarga di Universitas Emory, Atlanta, Amerika Serikat.

”Tetapi bagian dari masa remaja adalah memang tentang memisahkan diri dan individualistis. Dan anak-anak harus ‘menolak’ orangtua mereka untuk menemukan jati diri. Normal apabila remaja lebih fokus pada teman-teman mereka daripada keluarga sendiri,” tuturnya.

Lalu bagaimana solusi yang tepat? Banyak orang tua merasa sangat sakit hati oleh perlakuan remaja mereka. Namun, membalasnya juga dengan menyakiti mereka merupakan kesalahan yang fatal.

”Remaja tahu bahwa mereka masih membutuhkan orangtua meskipun mereka tidak dapat mengakuinya secara langsung,” kata Goldman. ”Turun-naik perlakuan remaja kepada orang tua merupakan salah satu perasaan yang ada dalam diri mereka secara internal,” ujar dia.

Sebagai orangtua, Anda harus tetap tenang dan berusaha menikmati masa-masa pemberontakan remaja, yang biasanya selesai saat dia menginjak usia 16 atau 17 tahun. Tetapi jangan juga membiarkan mereka berlaku buruk dan bersikap tidak sopan kepada Anda.

Ketika hal itu terjadi, Anda harus secara tegas menerapkan standar perilaku dasar. Salah satu solusi adalah pendekatan secara intensif kepada mereka, misalnya dengan mengatakan, ”Jika kamu tidak dapat mengatakan sesuatu yang menyenangkan, jangan mengatakan apa-apa”.

Dengan membiarkan anak remaja Anda tahu bahwa Anda ada untuk dia,meskipun dia tidak terlalu peduli, akan membuatnya merasa nyaman di sisi Anda dan mulai terbuka dengan masalahnya, yang tentu saja langka terjadi.

Perilaku lain yang mungkin meresahkan Anda adalah mengabaikan jam malam. Yang harus dilakukan orangtua sebelumnya adalah melakukan survei kecilkecilan kepada teman-teman anak, apa yang biasanya mereka harapkan di rumah. Hal ini agar pembatasan jam malam merupakan hal yang masuk akal bagi mereka dan mulai menjalaninya. Goldman menyarankan, agar remaja diberi tenggang waktu hingga 10 menit dari kesepakatan awal.

Jika mereka terlambat juga, Anda perlu mengatur konsekuensi yang harus dia terima, misalnya melarang keluar malam selama seminggu. Jika Anda merasa anak selalu pergi ke luar rumah karena tidak betah atau tidak bahagia di rumah, sebaiknya Anda berbicara dengan mereka dan mencari tahu apa penyebabnya.

Namun, jika peraturan jam malam Anda memang sudah tepat dan sesuai dengan perkembangan anak, maka saatnya Anda untuk menetapkan konsekuensi dan kemudian menegakkannya jika remaja Anda melanggar.

Ketika Anda membuat peraturan, Anda harus bersungguh-sungguh. Anda tidak dapat hanya menggertak sambal mereka karena mereka biasanya akan lebih keras. Ada perilaku buruk yang umum terjadi pada remaja, yaitu bermain dan bergaul dengan anak yang orang tua tidak suka karena bertabiat buruk yang memengaruhi tingkah lakunya.

Psikolog remaja di New York, Amerika Serikat, Susan Bartell menuturkan, biarkan anak-anak berpakaian aneh, menindik bibir mereka, atau berlaku sedikit kasar karena itulah cara bagi dia untuk diterima lingkungannya.

“Jangan dulu mengkritik mereka dengan perkataan aneh, misalnya pada Pakaian.Padahal baju itu juga yang dipakai oleh temanteman mereka.Remaja sangat terikat pada lingkungan dan sahabat. Jika Anda mengkritik anak Anda, bisa jadi mengkritik temannya secara langsung,” kata dia.

Di sisi lain, jika Anda mengetahui bahwa anak Anda berteman dengan sekelompok remaja yang bermasalah seperti tukang bolos dan pengguna narkoba, berkomunikasi menjadi anjuran penting.

”Tanpa menyalahkan mereka,ungkapkan bahwa Anda sangat peduli dengan pergaulan mereka dan khawatir dia tergoda menggunakan narkoba,” kata Bartell.

Meskipun Anda tidak bisa melarang anak untuk bergaul dengan siapa pun, namun Anda dapat turun tangan dan mencoba untuk menghindari perilaku berbahaya mereka dari awal. Jangan takut untuk meminta bantuan seorang profesional tentang cara menghadapi anak yang bergaul dengan anak berperilaku negatif. Konseling atau terapi keluarga diharapkan dapat membantu.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar